-->

B.F. Skinner dan Teori Behavioristik

edukasi NET
Sunday, April 4, 2021, 9:32 PM WIB Last Updated 2021-04-05T04:55:08Z
masukkan script iklan disini
masukkan script iklan disini


Burrhus Frederick Skinner, dilahirkan pada tanggal 20 Mei 1904 di Susquehanna, Pennsylvania, Amerika Serikat. Masa kanak-kanaknya dilalui dengan kehidupan yang penuh kehangatan, namun cukup disiplin. 


Skinner meraih sarjana muda di Hamilton College, kota New York, dalam bidang Sastra Inggris. Pada tahun 1928, Skinner memulai kuliah Psikologi di Universitas Harvard, dengan mengambil spesialisasi pada bidang tingkah laku hewan, dan meraih gelar Doktor pada tahun 1931.

Dari tahun 1931 hingga 1936, Skinner bekerja di Harvard. Penelitian yang dilakukannya lebih difokuskan pada penelitian terhadap 'saraf hewan'. Pada tahun 1936 sampai tahun 1945, Skinner meniti karir sebagai tenaga pengajar pada Universitas Mingoesta. Dalam kariernya itu, Skinner menunjukkan produktivitas yang tinggi, sehingga ia dikukuhkan sebagai pemimpin besar kajian teori behavioristik yang paling terkemuka di Amerika Serikat.

Bidang psikologi yang dipelajari Skinner adalah analisis eksperimental atas tingkah laku. Ia melakukan penyelidikan terutama pada organisme infrahuman, yang biasanya terhadap binatang seperti tikus atau merpati. 


Di samping itu, Skinner juga menerapkan prinsip-prinsip pengondisian operan (operant conditioning) pada penyelidikan tentang psikotik pada orang dewasa, anak autis, analisis bahasa, dan perancangan alat-alat media dan mesin-mesin pengajaran.

Diantara peralatan rancangannya yang terkenal adalah kotak Skinner (Skinner Box). Dengan penelitian-penelitian yang pernah dikembangkannya, Skinner telah memberikan sumbangan yang berarti kepada pemahaman teori ‘tingkah laku’, khususnya menyangkut hal-hal dalam belajar. Beberapa karya yang dihasilkan Skinner adalah: 1) The Behavior of Organisme (1938); 2) Walden Two (1948); 3) Science and Human Behavior (1953); 4) Verbal Behavior (1957); 5) Shedules of Reinforcement (1957), dll.

Seperti Pavlov dan Watson, Skinner juga memikirkan tingkah laku sebagai hubungan antara perangsang dan respons, tetapi berbeda dengan kedua tokoh yang terdahulu itu, Skinner membuat perincian lebih jauh. 


Skinner membedakan adanya dua macam respons, yaitu:

Respondens Response (reflexive response), yaitu respons yang ditimbulkan oleh perangsang-perangsang tertentu. Perangsang-perangsang yang demikian itu, yang disebut eleciting stimuli, menimbulkan renspons-renspons yang secara relatif tetap, misalnya makanan yang menimbulkan keluarnya air liur. Pada umumnya, perangsang-perangsang yang demikian itu mendahului respons yang ditimbulkannya.

Operant respons (instrumental respons), yaitu respons yang timbul dan berkembang diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu. Perangsang yang demikian itu disebut reinforcing stimuli atau reinforcer, karena perangsang-perangsang tersebut memperkuat renspons yang telah dilakukan oleh organisme. Jadi, perangsang yang demikian itu mengikuti (dan karenanya memperkuat) sesuatu tingkah laku tertentu yang telah dilakukan. Jika seorang anak belajar (telah melakukan perbuatan), lalu mendapat hadiah, maka dia akan menjadi lebih giat belajar (responsnya menjadi lebih intensif/kuat).

Perbedaan antara operant conditioning dengan classical conditioning adalah bahwa pada classical terbentuk suatu tingkah laku yang diharapkan tidak memerlukan adanya reinforcer, karena stimulusnya sendiri sudah menimbulkan respons yang diharapkan. Sedangkan pada operant conditioning, suatu respons atau tingkah laku dibuat menjadi lebih kuat dengan memberikan reinforcer (stimulus yang memperkuat renspons).

Teori belajar operant conditioning ini juga tunduk pada dua hukum operant yang berbeda lainnya, yaitu law operant conditioning dan law extinction


Menurut hukum operant conditioning, jika suatu tingkah laku di iringi oleh sebuah penguatan (reinforcement), maka tingkah laku tersebut akan meningkat. Sedangkan menurut hukum law extinction, jika suatu tingkah laku yang diperkuat stimulus penguat dalam kondisioning, namun tidak di iringi stimulus penguat, maka tingkah laku tersebut akan menurun atau bahkan musnah. Kedua hukum ini pada dasarnya juga memiliki kesamaan dengan hukum pembiasaan klasik (classical conditioning).

Teori Belajar Skinner
Untuk mengkaji teori Skinner, terlebih dahulu perlu dipahami 3 (tiga) asumsi dasar yang dijadikan prinsip-prinsip dalam membangun teori-teorinya, yaitu sebagai berikut:

(1) Behavior is Lawful—perilaku dalam konteks ini terjadi menurut hukum tertentu. Walaupun mengakui bahwa perilaku manusia adalah organisme yang berperasaan dan berpikir, namun Skinner tidak mencari penyebab perilaku di dalam jiwa manusia dan menolak alasan-alasan dari penjelasan dengan mengendalikan keadaan pikiran (mind) atau motif-motif internal

(2) Behavior can be Predicted—dalam hal ini, semua perilaku dapat diramalkan. Menurut Skinner, perilaku manusia (kepribadiannya) sangatlah ditentukan oleh kejadian-kejadian di masa lalu dan sekarang—yaitu dalam dunia objektif, dimana individu tersebut mengambil bagian di dalamnya

(3) Behavior can be Controlled—perilaku manusia dapat dikontrol—perilaku dapat dijelaskan hanya berkenaan dengan kejadian atau situas-situasi “antaseden” yang dapat diamati. Bahwa kondisi sosial dan fisik di lingkungan, sangat penting dalam menentukan perilaku.

Dalam hal ini Skinner tidak menolak adanya peranan faktor bawaan dan turunan dalam perilaku, seperti pembawaan genetis (genetic endowment) yang menentukan jarak rentang umum dari respon-respon yang dapat dilakukan dan juga mempengaruhi akibat-akibat yang menguatkan perilaku yang dilakukannya.

Namun dijelaskan lebih konkrit oleh Skinner, bahwa lingkungan perlu dipertimbangkan untuk menjelaskan tentang pembawaan genetis tersebut. Skinner menunjukkan bahwa contingencies of survival sangat menentukan apa yang diturunkan bagi suatu spesies, yaitu dalam pemahaman bahwa lingkungan menyeleksi perilaku-perilaku yang menunjang untuk hidup terus.

Bagi Skinner, perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran dapat dianggap sebagai akibat pembawaan genetis dan pengalaman individu daripada sebagai penyebab tindakan. Berpikir adalah berperilaku. Skinner percaya bahwa pengetahuan yang penuh tentang faktor genetis, lingkungan manusia, dan manipulasi lingkungan, adalah kunci untuk meningkatkan perilaku manusia itu sendiri.

Dengan demikian, menurut Skinner, penyelidikan tentang kepribadian akan selalu melibatkan pengamatan yang sistematis dan sejarah belajar yang khas, serta latar belakang genetis yang unik dari individu. Karena disini kepribadian merupakan hasil dari proses rangkaian penguatan pribadi individu (
individual’s personal history of reinforcement). 

Walaupun adanya pembawaan genetis yang turut berperan, namun penguatan-penguatan sangat menentukan perilaku khusus yang terbentuk dan dipertahankan serta merupakan khas bagi individu yang bersangkutan. Skinner lebih menyukai menyelidiki kepribadian dengan memfokuskan pada aspek belajar dengan perilaku-perilaku yang banyak mengizinkan individu melangsungkan hidup dan berhasil dalam transaksinya dengan lingkungan.

Seseorang selama hidupnya, tentunya akan “belajar” mengenai kemungkinan-kemungkinan yang menghasilkan kepuasan dan kesakitan dalam situasi tertentu. Jadi, individu belajar membedakan stimulus atau situasi yang merupakan kesempatan untuk memperoleh penguatan karena perilaku tertentu atau situasi yang tidak mengarah ke penguatan perilaku yang sama.

Perilaku yang dipelajari ini disebut perilaku di bawah kontrol stimulus. Misalnya saja, seorang anak yang belajar menyanyi di depan teman teman-temanya pada Sekolah Minggu, biasanya anak ini langsung diberikan perhatian dan kenyamanan oleh gurunya atau orang tuanya di rumah. Namun bila anak tersebut menyanyi hanya sekedar dirumah, seperti di kamar mandi misalnya, tentunya akan diabaikan saja.

Dalam hal ini, keterampilan yang sederhana dipelajari dahulu kemudian perilaku yang kompleks diperoleh dan digunakannya pada tahapan berikutnya. 


Dengan demikian menurut Skinner, tingkah laku hanya dapat di ubah dan dikontrol dengan mengubah lingkungan. Oleh karena itu, Skinner lebih tertarik dengan aspek yang berubah-ubah dari kepribadian seseorang, dan bukan hanya berfokus pada struktural dari kepribadian saja. Unsur kepribadian yang dipandangnya relatif tetap adalah merupakan tingkah laku itu sendiri.

Perilaku Belajar
Untuk konteks perilaku, Skinner membaginya menjadi 2 (dua) klasifikasi berdasarkan pada tipe perilakunya, yang dirumuskan Skiner sebagai berikut:

Pertama, Perilaku Responden (Respondent Behavior)—yang merupakan respon yang dihasilkan (elicited) organisme untuk menjawab stimulus secara spesifik, yang dalam hal ini juga berhubungan dengan respon tersebut. Respon refleks termasuk dalam kelompok ini seperti mengeluarkan air liur saat melihat makanan, mengelak dari pukulan, merasa takut waktu di tanya guru atau merasa malu waktu di puji, dsb.

Kedua, Perilaku Operan (Operant Behavior)—yaitu respon yang dimunculkan (emitted) organisme tanpa adanya stimulus spesifik yang berlangsung memaksa terjadinya respon itu. Disini terjadi proses pengikatan stimulus baru dengan respon yang baru. Organisme dihadapkan pada pilihan-pilihan respon mana yang akan dipakainya untuk menanggapi suatu stimulus. Keputusan respon mana yang di pilih tergantung pada efeknya terhadap lingkungan (yang tertuju padanya) atau konsekuensi yang mengikuti respon tersebut.

Sebagaimana kepedulian utama Skinner adalah mengenai perubahan tingkah laku, maka hakikat utama teori Skinner, adalah  teori belajar yang menyatakan bagaimana individu memperoleh dan memiliki perilaku baru untuk menjadi lebih terampil, dan menjadi lebih tahu. Sebab menurutnya, kehidupan akan terus-menerus dihadapkan dengan situasi eksternal yang baru, sehinggga organisme harus belajar merespon situasi baru itu dengan menggunakan respon lama atau respon yang baru dipelajarinya. Skinner percaya bahwa kepribadian dapat dipahami dengan mempertimbangkan perkembangan tingkah laku dalam hubungannya yang terus-menerus dengan lingkungannya.

Cara yang efektif untuk mengubah dan mengontrol perilaku adalah dengan melakukan penguatan (reinforcement), yaitu membuat strategi kegiatan yang akan mempengaruhi perilaku tertentu untuk berpeluang terjadi atau sebaliknya (berpeluang untuk tidak terjadi) pada masa yang akan datang. Konsep dasarnya sangat sederhana, yaitu semua perilaku dapat di kontrol oleh konsekuensi (dampak yang mengikuti) perilaku tersebut.

Menurut Skinner, manusia dan binatang dapat dilatih melakukan semua jenis tingkah laku ketika semua konsekuansi atau penguatan yang tersedia di lingkungan manusia tersebut dapat diubah atau diatur sesuai dengan tujuan yang dikehendaki. 


Sebagaimana konsep dasar pengkondisian operan (operant conditioning) atau instrumental conditioning mula-mula dikembangkan oleh Thordike, maka lebih ditegaskan lagi oleh Skinner bahwa reinforcement tidak dapat diasosiasikan dengan stimulus yang dikondisikan, tetapi diasosiasikan dengan respon. 

Skinner menyebut respon itu sebagai perilaku operan (operant behavior). Perilaku operan mungkin belum pernah dimiliki individu tetapi ketika orang melakukannya dia mendapat hadiah. Respon operan yang mendapatkan reinforcement berpeluang untuk lebih sering terjadi (agar mendapat reinforcement yang diinginkan).

Penelitian operant conditioning kemudian dilakukan Skinner dengan objeknya seekor burung merpati. Burung merpati dimasukan ke dalam sebuah kotak, yang dinamakan kotak Skinner (Skinner box); kotak kecil yang kedap kemudian memisahkan merpati dari lingkungan normal dan memungkinkan peneliti mengontrol seluruh variasi lingkungan, mengontrol dan mencatat kejadian stimulus dan respon yang nantinya akan terjadi.

Jika merpati mengalami kondisi lapar, maka akan dihadapkan dengan stimulus dinding kotak yang salah satu sisinya ada bintik yang dapat mengeluarkan cahaya merah. Setiap kali merpati mematuk bintik itu, keluar makanan dari lubang dibawah bintik tersebut. Untuk membuat merpati mematuk cahaya merah, peneliti perlu membentuk tingkah laku itu, karena di sini hal mematuk cahaya bukanlah bagian dari tingkah laku yang normal dari merpati tersebut.

Karena itu, Skinner mulai dengan memperkuat tingkah laku yang semakin mendekati mematuk cahaya (pertama: merpati dilatih untuk makan dari lubang makanan, dan kemudian makanan hanya diberikan ke merpati jika merpati tersebut berdiri berdekatan dengan bintik cahaya). Kemudian makanan hanya diberikan jika merpati itu menatap ke arah letak bintik cahaya, dan akhirnya makanan akan segera diberikan jika merpati mematuk cahayanya. Sejak itu merpati semakin sering mematuk cahaya karena patukan akan mendapat hadiah atau reinforcement makanan.

Berdasarkan asas pengkondisian operan Skinner, yang dilakukannya awal tahun 1930-an—tepatnya teori S-R dikeluarkan—istilah-istilah seperti cues (pengisyratan), purposive behavior (tingkah laku purposive) dan drive stimuli (stimulus dorongan), kemudian dikemukakan sebagai maksud menunjukkan daya suatu stimulus untuk memunculkan atau memicu suatu respon tertentu.

Skinner tidak sependapat dengan pandangan S-R dan penjelasan reflex/refleks bersyarat dimana stimulus terus memiliki sifat-sifat kekuatan yang tidak mengendur. Sebab menurut Skinner, penjelasan S-R tentang terjadinya perubahan tingkah laku tidak lengkap untuk menjelaskan bagaimana organisme berinteraksi dengan lingkungannya.

Skinner menghindari kontradiksi yang ditampilkan oleh model kondisioning klasik dari Pavlov dan kondisioning instrumental dari Thorndike. Skinner mengajukan suatu paradigma yang mencakup kedua jenis respon itu dan berlanjut dengan mengupas kondisi-kondisi yang bertanggung jawab atas munculnya respons atau tingkah laku operan.

Dari uraian di atas, pemahaman inti dari teori behaviorisme yang di gagas Skinner adalah pengkondisian operan (conditioning operan) yaitu sebentuk pembelajaran, dimana konsekuensi-konsekuensi dari perilaku seseorang dapat menghasilkan perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan di ulangi.

Sebab yang terpenting dalam belajar adalah adanya penguatan (reinforcement ) dan hukuman (punishment). Penguatan (reinforcement) adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Hukuman (punishment) adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku. 


Dengan demikian, Skinner lalu membagi penguatan ini menjadi dua bagian, yaitu sebagai berikut:

Penguatan positif, yang merupakan penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons meningkat karena di ikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding). Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan), perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol, dll), atau penghargaan (nilai A pada Juara 1, juara 2 ataupun pada juara 3).

Penguatan negatif, yang merupakan penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons meningkat karena di ikuti dengan penghilangan stimulus yang dapat merugikan (tidak menyenangkan). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain: menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku yang tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa, mata melotot, dll).

Dari kedua penguatan diatas, terdapat pula perbedaan antara penguatan positif dan penguatan negatif, yaitu dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan atau diperoleh, sedangkan penguatan negatif ada sesuatu yang dikurangi atau dihilangkan. 


Menjadi penting untuk dipahami disini, bahwa penguatan negatif meningkatkan probabilitas terjadinya suatu perilaku, sedangkan hukuman menurunkan probabilitas terjadinya perilaku.

Dengan mengacu pada eksperimen yang dilakukan Skinner terhadap tikus dan burung merpati, dihasilkan 2 (dua) hukum belajar, yaitu:

(1) Law of operant conditioning—jika timbulnya perilaku di iringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.

(2) Law of operant extinction—jika timbulnya perilaku operant telah di perkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.

Kemudian di tarik pemahaman akan beberapa aplikasi dari teori belajar Skinner, khususnya dalam pembelajaran, yaitu sebagai berikut: 

  • Bahan yang dipelajari, akan dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.
  • Hasil berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika benar diperkuat.
  • Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
  • Materi pelajaran digunakan sistem modul.
  • Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostic.
  • Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
  • Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
  • Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar tidak menghukum.
  • Tingkah laku yang di inginkan pendidik diberi hadiah.
  • Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu).
  • Tingkah laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai tujuan
  • Dalam pembelajaran sebaiknya digunakan shaping.
  • Mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku operan.
  • Dalam belajar mengajar menggunakan teaching machine.
  • Melaksanakan mastery learning yaitu mempelajari bahan secara tuntas menurut waktunya masing-masing karena tiap anak berbeda-beda iramanya.

Oleh: Abdy Busthan
Komentar

Tampilkan

Terkini

Slider

+