masukkan script iklan disini
" Without education, life will never be dignified ”
Tanpa pendidikan, kehidupan ini statis, pasif dan fiktif. Ada kausatif makna dalam hidup dan kehidupan yang beradap dan humanis, jika pendidikan itu hidup. Dalam tatanan kosmopolitan yang lebih humaniora, pendidikan memegang peranan yang sangat strategis dalam membangunan esensi kemanusiaan manusia yang seutuhnya.
Secara aksiomatis, pendidikan dalam keutuhannya harus terwujud secara optimal guna pencapaian pijar-pijar konstruktif dalam bingkai keluhuran praksis manusia pada hakikat terdidik dan mendidik. Dan sebagai suatu upaya untuk mengoptimalkan pendidikan, maka dalam pengimplementasiannya dibutuhkanlah apa yang disebut dengan “the new maneuvers”, untuk mengenalkan hal-hal baru berupa gagasan, metode atau alat yang berbeda dari yang sudah ada dan yang sudah dikenal sebelumnya, sehingga dapat terwujud apa yang disebut dengan “inovasi” dalam praktek penyelenggaraan sekolah, khususnya dalam pengembangan pembelajaran.
Inovasi tentunya tidak sekedar pada level metodologi, pendekatan mengajar dan sejenisnya, melainkan lebih kepada arah mendidik, model kurikulum, hingga strategi mengelola sekolah yang seutuhnya.
Kemanakah inovasi itu akan di arahkan? apa makna inovasi dalam sebuah pembelajaran? prinsip-prinsip apa saja yang harus diterapkan dalam melakukan inovasi tersebut? untuk menjawab ketiga pertanyaan ini, tentu arah yang sangat mungkin dirintis adalah membuat sebuah sistem penyelenggaraan pembelajaran di sekolah dengan menyiapkan naradidik (siswa) ke arah kemandirian untuk berkreasi dan berinovasi, sehingga secara bertahap, siswa tersebut dapat membangun cara berpikir untuk hidup secara mandiri atau mempunyai kesadaran tentang self employment.
Isu ini menjadi sesuatu yang dipandang penting guna pencapaian overall improvement dalam dunia pendidikan, sehingga mampu untuk menghasilkan generation of skilled and intelligen, yang dapat memiliki mindset untuk berkreasi dan berinovasi. Bahkan tidak cukup jika hanya sekedar berkreasi, tetapi kreasi harus pula didasarkan pada kesempatan yang diperoleh dari proses “eksplorasi”, dimana hasil kreatifitas itu dapat dikomunikasikan dan diperkenalkan sehingga dapat diterima dan dihargai oleh orang lain.
Menyingkap realitas pendidikan kita selama ini, maka kita akan melihat suatu kecenderungan yang mengarahkan siswa berhenti hanya pada proses just understands (memahami). Kalau sudah paham dengan fakta dan konsep yang diajarkan, hal ini pun dipandang cukup.
Kemudian untuk melihat pemahaman yang dikuasai siswa, maka dilakukanlah suatu tes atau dengan istilah "ulangan". Walaupun proses memahami dapat dinyatakan melalui proses belajar siswa secara aktif melalui aktifitas-aktifitas yang menyenangkan, tetapi akhir dari pembelajaran tetap membuat siswa berakhir pada proses memahami saja, tidak lebih dari itu.
Nah, persoalannya adalah bukan terletak pada masalah benar dan salahnya. Tetapi justru permasalahannya ada pada bagaimana dapat terjadi perubahan orentasi belajar. Sebab belajar itu tidak cukup jika berhenti pada tahapan memahami saja. Tahapan harus dilanjutkan ke proses menghasilkan. Naradidik harus dilatih untuk memfungsikan pengetahuan dan skills yang telah dimiliki untuk dapat menghasilkan ciptaan yang bernilai. Dengan kata lain, seorang yang belajar akan selalu menantang dirinya dengan pertanyaan: "Apa yang akan saya hasilkan dengan pengetahuan dan kecakapan yang saya miliki?" dan "apakah inovasi yang saya akan hasilkan dapat diterima oleh semua komunitas ?"
Proses dalam menghasilkan inovasi yang dapat diterima oleh semua komunitas inilah yang akan menjadi penekanan dalam penerapan pendidikan “entrepreneur” dalam dunia pendidikan, sehingga mampu melahirkan generasi yang terbiasa menghasilkan hal-hal baru, serta mencari kemungkinan-kemungkinan pengembangan dalam lingkup belajar dan pembelajaran yang dilakukan secara dinamis dan berkesinambungan.
Generasi yang mandiri dan berkreasi adalah sebuah generasi yang mempunyai spirit, mindset dan keterampilan untuk membuat terobosan-terobosan baru yang bernilai konstruktif. Sehingga pendidikan dapat diarahkan untuk mendorong lahirnya generasi yang tidak sekedar mengulangi apa yang telah dikerjakan oleh generasi sebelumnya, tetapi generasi yang mampu menghasilkan ide-ide dan inovasi baru yang dapat diterima bahkan dimanfaatkan oleh masyarakat dan khalayak banyak, guna memperoleh perubahan kearah yang lebih baik secara terus menerus.
Secara umum, pendidikan mempunyai dua tugas besar, 1) menyiapkan generasi yang mempunyai kemampuan adaptasi terhadap ekspektasi lingkungan, serta 2) menyiapkan agar mereka mampu mengatasi masalah-masalah yang ditemukan dengan cara-cara baru. Melalui yang pertama, siswa belajar untuk memahami kondisi dan pola yang ada di sekitar mereka. Sedangkan yang kedua mendorong siswa untuk berinovasi. Dua fungsi tersebut harus dioperasionalkan secara selaras dan seimbang.
Dengan demikian, maka pengembangan pendidikan melalui model entrepreneur akan menjadi alternatif yang sesuai dengan dua fungsi pendidikan tersebut, karena pendidikan entrepreneur sangat menekankan pada pembentukan perilaku untuk mencipta.
Sekolah merupakan tempat yang ideal dan strategis untuk mencetak generasi yang mandiri dan berkreasi lewat proses pembelajaran. Sekolah menyediakan banyak ruang untuk menjelajahi begitu banyak kreatifitas naradidik dalam mengembangkan sebuah pembelajaran yang inovatif, sehingga melalui pemelajaran tersebut maka siswa dimungkinkan untuk berkreasi, memiliki potensi, serta menciptakan landasan jiwa kemandirian dan ketrampilan-ketrampilan yang diperlukan, guna memiliki mindset yang dapat berkembang, dan keterampilan hidup yang sesuai dengan konteks lingkungan dan era dimana ia berada.
Dalam konteks Penciptaan (Kejadian 1), akan nampak bagaimana Allah melakukan kreatifitas-Nya dengan orisinalitas dan ekspresif dalam kesempurnaan maha tinggi yang diberikan kepada umat manusia, sebagai bentuk wujud kasih dan kepedulian Allah terhadap ciptaan-Nya. Sungguh menakjubkan Allah menciptakan planet bumi ini dengan sedemikian rupa, sehingga kita dapat menikmati kualitas yang sangat baik dalam hidup dan kehidupan ini.
Cakupan planet bumi ini sangat spektakuler: pegunungan dan dataran, bukit dan lembah, laut dan sungai. Bahkan bila kita jenuh dengan vegetasi lebat daerah tropis, kita dapat memiliki sekilas gurun dan kehidupan kering di dalamnya, menikmati siang dan malam, bulan dan matahari, bintang-bintang di atas, Niagra Falls, Grand Canion, hutan tropis, Laut Merah, terdapat pula berbagai macam tumbuhan dan hewan, ribuan serangga, burung berwarna, dan lain sebagainya.
Ketika kita melihat kompleksitas tubuh kita: miliaran sel, mekanisme yang saling bergantungan, dan bagaimana DNA mikroskopis yang tercatat dalam kode genetic, serta informasi yang diperlukan bagi tubuh kita untuk bekerja dengan benar. Seluruh organisme dalam tubuh kita merupakan sebuah keajaiban yang sangat spesialis. Dalam domain sadar, secara ajaib tubuh kita bekerja, terutama otak kita mampu untuk mengontrol seluruh kegiatan yang kita lakukan. Bahkan kita pun memiliki jiwa, perasaan, hati nurani, dan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain.
Sang penyair, Carl Gustaf Boberg pernah mengungkapkan kebesaran dari kreatifitas Allah ini lewat sebuah lagu yang berjudul “Bila kulihat Bintang Gemerlapan”, sebagaimana terabadikan dalam buku nyanyian Kidung Jemaat nomor 64 :
Bila kulihat bintang gemerlapan
Dan bunyi guruh riuh’ ku dengar
Ya Tuhanku tak putus aku heran
Melihat ciptaan-MU yang besar
Maka jiwaku pun memuji-MU
Sungguh besar Kau Allahku
Maka jiwaku pun memuji-MU
Sungguh besar Kau Allahku
Ya Tuhanku, ‘pabila kurenungkan
Pemberian-Mu dalam Penebus
‘Ku tertegun bagiku dicurahkan
Oleh Putra-MU darah-Nya kudus
‘Pabila nanti Kristus memanggilku
Sukacitaku amatlah besar
Kar’na terkabullah yang kurindukan
Melihat Dikau Tuhanku Akbar
Dan bunyi guruh riuh’ ku dengar
Ya Tuhanku tak putus aku heran
Melihat ciptaan-MU yang besar
Maka jiwaku pun memuji-MU
Sungguh besar Kau Allahku
Maka jiwaku pun memuji-MU
Sungguh besar Kau Allahku
Ya Tuhanku, ‘pabila kurenungkan
Pemberian-Mu dalam Penebus
‘Ku tertegun bagiku dicurahkan
Oleh Putra-MU darah-Nya kudus
‘Pabila nanti Kristus memanggilku
Sukacitaku amatlah besar
Kar’na terkabullah yang kurindukan
Melihat Dikau Tuhanku Akbar
Bahkan seorang ilmuan besar berdarah Yahudi, Albert Einstein mengatakan bahwa semakin dia mempelajari alam semesta ini, maka semakin ia percaya pada kekuasaan yang lebih tinggi.
Alam ini adalah hasil cipta dari sebuah kreatifitas maha tinggi yang dilakukan oleh Sang pencipta kepada umat manusia, melalui proses yang sangat sempurna. Kesempurnaan kreatifitas Allah ini seharusnya juga tercermin dalam diri kita manusia sebagai makhluk ciptaan yang segambar dan serupa dengan Allah.
Dalam hal ini, kita dimampukan untuk memanfaatkan apa yang ada di alam ini, melalui kreatifitas yang telah diberikan kepada kita agar dapat berguna untuk sesama, khususnya bagi hormat dan kemulian Tuhan. Dan dengan kreatifitas yang kita miliki ini, kita dapat mengembangkan kehidupan di alam ini dengan inovasi–inovasi yang bernilai positif, salah satunya melalui sebuah pendidikan entrepreneur.
Secara paradoksal, pendidikan entrepreneur bertujuan untuk memberikan pemahaman baru bagi para praktisi pendidikan untuk membuka diri dengan isu yang berkembang di luar teori pembelajaran. Sinergi entrepreneurship dan teori belajar akan menjadi sebuah terobosan baru yang sangat menyenangkan. Jika seluruh komponen sekolah mampu untuk mengintegrasikan pendidikan entrepreneur secara keseluruhannya, mengapa tidak mencobanya? tentu saja, kemampuan untuk mengelaborasi akan menjadi unsur yang sangat penting jika sekolah mau berkembang.
Dari PAK menjadi PAK + entrepreneur adalah bukan sebuah kesalahan, namun sebuah keberanian dan kemampuan yang perlu didorong dan dikembangkan. Sekolah saat ini, tidak cukup jika hanya berkembang dengan satu referensi saja. Sekolah harus membiasakan diri untuk mengolah informasi dari berbagai sumber untuk mendukung fokus pengembangan pembelajaran yang dilakukan secara berkesinambungan. Karena pada dasarnya sebuah inovasi itu bersifat pribadi. Jika kita hanya berfokus pada abstraksi seperti organisasi, strategi, dan budaya, maka secara kasat mata kita telah mengalihkan perhatian kita dari sumber inovasi yang sesungguhnya, yakni anda dan saya.
Mari kita memulainya dari dalam diri kita masing-masing. Sebab manusia sendiri telah diciptakan segambar dan serupa dengan Allah (Kej 1:26-27), artinya bahwa manusia mampu untuk mewarisi kreatifitas Allah untuk membuat atau menciptakan sesuatu (creative, creativity, create, and creator)
Sekolah yang inovatif adalah tempat berkumpulnya orang-orang inovatif. Pertanyaan strategisnya adalah: Bagaimana kita dapat mengembangkan kapasitas untuk melakukan inovasi dalam setiap individu yang terlibat dalam proses belajar dan pembelajaran di sekolah?
Pendidikan entrepreneur akan menjadi sebuah paradigma baru untuk menjawab semua persoalan-persoalan yang terjadi selama ini dalam dunia pendidikan kita, khususnya dalam Pendidikan Agama Kristen (PAK) di sekolah... BERSAMBUNG
(Oleh : Abdy Busthan)